Komsel in Andeng - Andeng






  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Theodora Novscor Pravike K



Saya berasal dari keluarga besar yang sudah mengenal & percaya Tuhan Yesus sejak kecil. Saya taat beribadah & berdoa, namun saya kurang merasa jamahan nyata KasihNya. Ketika itu, awal kuliah saya mengikuti retret & kegiatan PMK (Persekutuan Mahasiswa Kristen). Disitulah saya merasakan hadirat Tuhan yang luar biasa & curahan Roh Kudus yang memulihkan. Setelah acara itu, semakin hari semakin saya merasakan kebaikan Tuhan yang tak pernah habis & KasihNya mengalir disetiap waktu.

Yang sebelumnya saya sempat berpikir menyesal untu kuliah di universitas X dan Jurusan Y, saya bingung waktu itu harus meneruskan sekolah diperguruan tinggi mana, ternyata Tuhan memberikan kemudahan – kemudahan dalam belajar hingga akhirnya saya lulus sarjana. Dan lebih lagi Tuhan sediakan pekerjaan sebelum kuliah saya selesai hingga saya bisa mandiri tidak terlalu bergantung financial pada orang tua.

Proses mengikuti keinginan Tuhan memang tidak mudah, terkadang ada penolakan & protes ketika Tuhan ijinkan badai datang melalui orang – orang terdekat yang kusayangi. Namun, satu hal yang kupercaya bahwa ini semua merupakan proses pendewasaan iman percaya saya pada janji – janji Allah yang pasti indah pada waktunya. Yang perlu kita lakukan dalam setiap badai ialah tetap percaya, melakukan yang terbaik sebisa mungkin & selalu melibatkan Tuhan dalam setiap langkah Kita.

Tuhan memberkati...

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

DIAN CHRISTIE SMARANITA



kenal Tuhan sejak kecil. Tapi bukan berarti aku udah bener” kenal siapa Tuhan. Banyak hal yang terjadi sepanjang kehidupanku.Yang pasti, apapun yang aku alami, seneng, sedih, ketawa, nangis, selalu ada Tuhan disampingku, Dia baik banget. Dia selalu kasih yang aku butuhkan, bahkan sebelum aku bilang Dia udah ngerti.

Tapi sering kali aku malah bikin Dia kecewa, perbuatan, kelakuan menjadi hal yang menjijikan dihadapanNya. Berulangkali aku berusaha untuk hidup seperti yang Dia mau, hidup yang berkenan dihadapanNya. Tapi selalu aja aku kalah oleh dagingku. Aku minta ampun Kepada Tuhan dan dengan kasihNya, Dia mengampuni dan terima kita kembali.

Dia sangat mengasihi kita, 1 langkah kita berbalik dari dosa – dosa kita kepada Tuhan, 1000 langkah Tuhan menyambut kita. Tuhan gak melihat masa lalu kita atau dosa – dosa kita, tapi melihat kesungguhan hati kita. Komitmenku ingin lebih dalam lagi bersamaNya, memberikan hidupku untuk kemuliaan NamaNya.

Kalo aku boleh bilang, hidup adalah pembelajaran. Seumur hidup kita gunakan untuk belajar, belajar bagaimana melihat, mendengar, berucap, berpikir dan mengerti apa maunya Tuhan. Bahkan belajar buat Tuhan tersenyum dan bangga punya anak seperti kita. Haleluya...

Aku mau belajar & terus belajar...

Gimana dengan kamu???

Tuhan Memberkati

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

MENJAGA LIDAH

ayat bacaan Yak 3 : 5
"Demikian juga lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar. Lihatlah, betapapun kecilnya api, ia dapat membakar hutan yang besar."


menjaga lidah, perdamaianMenjalankan perdamaian merupakan harapan semua orang tetapi sering sulit untuk diterapkan. Kita tidak hidup sendirian, setiap saat kita berhadapan dengan begitu banyak orang dengan tingkah, polah dan gayanya sendiri-sendiri. Gesekan bisa terjadi kapan saja dan perselisihan pun bisa timbul. Seringkali penyebabnya bukanlah masalah besar tetapi dimulai dari hal-hal yang kecil atau sepele, namun kemudian meluas sehingga pada akhirnya sulit untuk dikendalikan. Lihatlah bagaimana hutan beribu-ribu hektar bisa terbakar hanya dari akibat sepercik api kecil. Ketika api masih kecil tentu mudah dipadamkan, tetapi bagaimana ketika api itu sudah begitu besar? Itulah sebabnya kita dianjurkan untuk bersabar dan bisa menahan diri, tidak terbujuk atau terpengaruh oleh emosi sesaat yang pada akhirnya kita sesali juga tetapi sudah terlanjur menghancurkan banyak hal. Hubungan pertemanan, hubungan dalam keluarga, dalam lingkungan, atau bahkan antar negara, semua ini sering berawal dari percikan api emosi kecil yang dibiarkan meluas hingga tidak lagi bisa dikendalikan.

Tidak ada tempat bagi kebencian apalagi dendam dalam Kekristenan. Kita selalu diminta untuk mengasihi, mengadopsi bagaimana kasih Tuhan yang tanpa batas itu untuk diterapkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Apakah orang yang bersalah itu mau mengakui kesalahannya atau tidak, kita diminta untuk bisa memberi pengampunan. Firman Tuhan berkata: "Janganlah kamu menghakimi, maka kamupun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamupun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni." (Lukas 6:37). Jika itu kita terapkan, maka kita bisa berharap untuk melihat perdamaian semakin bertumbuh di dunia ini. Tetapi perhatikanlah betapa seringnya kita memakai hukum sebab akibat sebagai alasan pembenaran atas permusuhan yang terjadi antara kita dengan orang lain. "Bukan salah saya, tapi dia yang mulai..." atau "dia jual, saya beli.." itu merupakan alasan-alasan yang umum dipakai sebagai landasan dalam sebuah perselisihan. Ada banyak yang mungkin bisa menjadi penyebab sebuah perselisihan, itu benar. Tapi firman Tuhan jelas berkata: "Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!" (Roma 12:18). Mengapa harus ada ayat ini? Karena kita seringkali lupa, bahwa keputusan untuk berdamai atau bertikai seringkali bukan tergantung dari orang, tetapi justru dari diri kita sendiri. Baiklah, mungkin memang orang lain yang memulai, tetapi bukankah keputusan untuk mengampuni atau tidak itu datangnya dari diri kita sendiri? Apa yang harus kita jaga adalah memiliki kasih dalam diri kita, dan ada elemen kecil yang seharusnya kita perhatikan namun sangat sering luput dari perhatian kita, yaitu lidah.

Alkitab mengingatkan dengan jelas mengenai potensi bahaya yang bisa ditimbulkan oleh lidah yang ukurannya relatif kecil dibanding tubuh kita. Yakobus mengatakan: "Demikian juga lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar. Lihatlah, betapapun kecilnya api, ia dapat membakar hutan yang besar." (Yakobus 3:5). Ini adalah sebuah analogi yang sungguh tepat. Seperti yang sudah saya sebutkan di atas, sepercik api itu sangatlah kecil dan sama sekali tidak kita anggap berbahaya. Tapi apa jadinya jika percikan itu mulai membakar lalu meluas hingga membumi hanguskan hutan yang besar? Itu sangatlah mungkin bahkan sudah sangat sering terjadi. Yakobus melanjutkan: "Lidahpun adalah api; ia merupakan suatu dunia kejahatan dan mengambil tempat di antara anggota-anggota tubuh kita sebagai sesuatu yang dapat menodai seluruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan kita, sedang ia sendiri dinyalakan oleh api neraka.Semua jenis binatang liar, burung-burung, serta binatang-binatang menjalar dan binatang-binatang laut dapat dijinakkan dan telah dijinakkan oleh sifat manusia, tetapi tidak seorangpun yang berkuasa menjinakkan lidah; ia adalah sesuatu yang buas, yang tak terkuasai, dan penuh racun yang mematikan." (ay 6-8). Jika Yakobus menyorot tentang kebuasan lidah, yang begitu sulit dijinakkan, tak terkuasai dan penuh racun, demikianlah faktanya. Kita sudah terlalu sering melihat kehancuran hubungan antar manusia, antar suku bangsa bahkan negara yang berasal dari kebuasan lidah yang tak terkendali ini. Mau tahu bagaimana parahnya lidah ini? Bacalah ayat selanjutnya: "Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah, dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk. Hal ini, saudara-saudaraku, tidak boleh demikian terjadi." (ay 9-10).

Lidah hanyalah bagian kecil dari keseluruhan tubuh kita, tetapi kehancuran yang bisa ditimbulkan lidah yang tidak terkawal bisa begitu hebat. Bukan saja menghancurkan diri kita, tetapi bisa berdampak jauh lebih besar daripada itu. Masa depan orang lain bahkan kelangsungan kehidupan manusia secara luas bisa berakhir hanya karena lidah yang tidak terkendali. Sejarah mencatat banyak peristiwa yang mengubah kehidupan manusia menjadi porak poranda, dimana dibutuhkan puluhan bahkan ratusan tahun untuk bisa pulih dari kerusakan yang berawal dari lidah. Untuk itulah kita perlu menyerahkan lidah kita ke dalam tangan Tuhan, mengisi hati kita sebagai sumber kehidupan dengan firman Tuhan dan menghidupi kasih secara nyata dalam diri kita. Kemampuan manusia tidak akan sanggup menguasai lidah, tetapi kita bisa belajar untuk mengandalkan Tuhan dalam mengendalikannya. Sebuah pesan yang tidak kalah penting mungkin baik pula untuk diangkat dalam menyikapi kebuasan lidah ini. "Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah" (Yakobus 1:20). Jangan terburu-buru melempar kata-kata, apalagi dalam keadaan yang gampang tersulut emosi. Jangan sampai emosi sesaat yang terlontar lewat perkataan itu menjadi sesuatu yang kita sesali kelak, yang bisa jadi sudah terlambat untuk diperbaiki. Sebuah "amarah manusia tidak mengajarkan kebenaran di hadapan Allah" (ay 20), karena dampak yang ditimbulkan bisa sangat parah dimana lidah biasanya menjadi ujung tombak dalam mewakili kemarahan ini. Disamping itu peran lidah sebagai "output" dari produk kemarahan juga menunjukkan gagalnya kasih Kristus bertahta dalam diri kita. Oleh karena itu, marilah kita waspadai dengan secermat-cermatnya segala sesuatu yang keluar dari mulut kita. Jangan sampai ada kutuk dalam bentuk apapun yang keluar dari mulut kita, jangan sampai lidah kita berlaku begitu bebas berlaku buas dan membunuh masa depan banyak orang. Pakailah lidah untuk memuji dan menyembah Tuhan, dan pakai pula untuk memberkati sesama. Di tangan manusia lidah mungkin tidak bisa dikendalikan, tetapi Tuhan bisa pakai lidah kita untuk menjadi terang dan garam bagi dunia.

Tanpa mengawal lidah, jangan bermimpi untuk melihat perdamaian secara luas

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

IRINE NERVI GILANG AGUSTIN


Irine Nervi Gilang Agustin

:: Tuhan Yang Selalu Menuntunku ::

Sebuah nama yang dulu sempat renggang dengan Tuhan, bagaikan jiwa / domba yang hilang. Dilahirkan bukan dari jiwa Protestan tapi tetap satu tujan yaitu Tuhan Yesus. Saya flashback apa yang terjadi dulu dalam kehidupan saya. Tidak ada karya dan pertumbuhan yang saya hasilkan di dalam saya menggereja, bahkan untuk pergi ke rumah Tuhan pun masih bermalas – malasan.

Tiba saatnya kurang lebih 3 tahun yang lalu, saya bertemu dengan anak Tuhan juga, yang mulai mengajakku untuk menjadi domba yang lebih mengenal Tuhan. Pindah gereja bukan berarti mudah bagi saya, butuh adaptasi dan mengenal satu dengan yang lain. Ibadah yang saya ikuti di gereja dulu pun sedikit berbeda dengan ibadah yang saya lakukan sekarang. Saya menemukan ruang baru yang lebih nyaman tuk dekat dengan Tuhan, dan dari situlah saya didorong untuk lebih maju dan lebih dekat dengan-Nya. Kerinduan ingin selalu memuji Tuhan dan menyenangkan hati-Nya. Seiring dengan kembalinya ke tangan Tuhan, saya dimudahkan untuk rejeki dan karir. Semua menjadi lebih baik karena ada kemurahan dan kasih dari-Nya.

Berjalan 1 tahun, saya kembali dihadapkan dengan sebuah ujian. Sepertinya memang bukan ujian, tetapi saya menganggapnya ini ujian. Tuhan memisahkan kami dengan jarak untuk sementara waktu. Kekecewaan sempat muncul dalam hati saya, kenapa semuanya harus terjadi. Kegelisahan dan kesendirian mulai menghinggapi, kemudian saya datang kepada Tuhan untuk meminta kekuatan oleh-Nya. Lambat laun dan sampai sekarang pun saya dikuatkan olehNya dalam melewati setiap persoalan. Saya bersyukur Tuhan selalu ada di sampingku, yang selalu menuntunku, dan tak pernah meninggalkanku. Tawa, sedih, tangis, senang, bosan, hilang asa dan apapun yang akan kita lewati dalam hidup ini, Allah Bapa selalu beserta kita.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

SIFRA DESSY AMELIA FRISTIANA


SIFRA DESSY AMELIA FRISTIANA


“Kau tak pernah mencobai,

“Lebih dari kekuatanku,

“Bahkan ditengah badaipun,

“Ku alami keajaibanMu,

Sepenggal lirik diatas begitu memberikan banyak arti untukku. Berawal dari program gereja, aku mengalami banyak pemulihan, terutama bagaimana Tuhan semakin memakai hidupku untuk memuliakanNya. Aku merasakan orang – orang yang aku kasihi satu persatu mulai mau menerimaNya, bahkan mengalami pemulihan. memang tak dapat dipungkiri seringkali aku diajakNya berjalan, tetapi tiba – tiba berlari kencang, menghadapi kerikil kehidupan, serpihan – serpihan kaca yang sangat menyakitkan. Tapi dibalik semua ini aku temukan kekuatanNya yang dahsyat, keajaiban – keajaibanNya ku alami secara nyata. Karna kuasaNya menjadi sempurna saat ku alami persoalan hidup.

Aku merasakan bahwa semakin hari aku semakin dibawanya naik ke tangga yang lebih tinggi. Ibarat pohon semakin tinggi semakin kencang angin menerjang demikian pula hidupku. Semakin dekat hubunganku dengan Tuhan, semakin banyak pula harga yang harus ku bayar. Pertengahan 2010, aku beroleh kasih karunia untuk membuka usaha bimbingan belajar. Hal yang tak pernah terprogram bahkan terpikir pun tidak. Jika bukan karna campur tanganNya takkan pernah mampu aku memiliki usaha. Berbekal pengetahuan yang ku dapat di bangku kuliah yang kebetulan jurusan Bisnis, sehingga sedikit banyak aku tahu bagaimana berbisnis itu. Tak semudah membalikkan telapak tangan, usaha yang ku rintis dari nol hanya dimulai dengan 3 anak saja. Tapi aku teringat akan perkataan seorang Hamba Tuhan, saat kita ingin memperoleh berkat secara jasmani, kejarlah dulu yang rohani. Hal itu benar – benar merhema dalam hidupku. Bersama Yos, kami makin mendekat kepadaNya, yang penting dari segala yang terpenting mencari dahulu kerajaanNya, tapi kami tidak ingin memiliki motivasi yang salah. Melalui mezbah keluarga ternyata sangat efektif untuk membangun hubungan baik dengan Tuhan maupun sesama. Banyak orang meragukan, memandang sebelah mata, meremehkan usaha yang kami bangun ini. Tapi mohon maaaf, kami tidak dapat membenci mereka karena akarNya sudah tertancap begitu kuat sehingga semilir – semilir angin itu tidak mampu membuat pohon kami goyah. Dan sekarang kami mulai merasakan berkat yang mengalir bagi usaha kami, itu semua hanya karna Dia.

Jika saat ini saudara punya impian, kejarlah itu bersama Tuhan. Jangan pernah takut untuk bermimpi. Siapa tidak mau menjadi orang yang berhasil dan sukses. Aku kira semua orang ingin. Tapi ingat, hanya ada satu akses meraih kesuksesan yaitu melalui hubungan bersama Dia...Jesus Christ.!!!

Terlebih tahun ini melalui ayat sulung yang aku trima, Tuhan menegaskan saat aku berjalan aku tidak akan tersandung dan saat aku berlari aku tidak akan terjatuh. HALELUYA!!!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS